News Update :
Home » , , , , » Meski Terpaksa, Olahraga Tetap Ada Manfaatnya

Meski Terpaksa, Olahraga Tetap Ada Manfaatnya

Senin, 29 April 2013 23.16

Jakarta, Konon berolahraga akan melindungi seseorang dari stres, apalagi jika aktivitas tersebut didasari oleh keinginan dan motivasi tersendiri dari orang yang melakukannya. Namun bagaimana dengan orang-orang yang dipaksa atau terpaksa berolahraga juga akan mendapatkan manfaat dari latihan fisik tersebut?

"Siapapun bisa merasa terpaksa berolahraga, tak peduli ia atlet profesional, tentara atau orang-orang yang diberi resep oleh dokter untuk melakukan serangkaian rejimen olahraga sekalipun. Lalu jika hal ini dipaksakan, apakah masih ada manfaatnya terhadap kesehatan mental?" kata Benjamin Greenwood, seorang asisten profesor dari CU-Boulder's Department of Integrative Physiology.

"Jelas saja jika olahraga yang dipaksakan masih dapat memberikan manfaat fisiologis. Tapi apakah hal ini akan bermanfaat untuk mengatasi gejala kecemasan dan depresi?" tanyanya.

Untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut, Greenwood dan rekan-rekannya merancang sebuah eksperimen di lab dengan menggunakan sejumlah tikus. Selama enam minggu, beberapa tikus dibiarkan bersantai dan tak melakukan aktivitas apapun, sedangkan sebagian lainnya dipaksa untuk berolahraga dengan roda berputar.

Tikus-tikus yang dipaksa berolahraga sendiri dibagi ke dalam dua kelompok yang berlari dalam kurun waktu yang sama. Satu kelompok dibiarkan berlari kapanpun mereka mau (sukarela), sedangkan kelompok kedua berlari di dalam roda berputar yang telah disetel khusus untuk berputar berdasarkan jadwal tertentu.

Dalam studi ini, roda berputar itu akan menyala dengan kecepatan dan periode waktu yang meniru pola olahraga yang rata-rata dilakukan tikus di kelompok pertama.

Enam minggu kemudian, keseluruhan tikus dipapari sumber stres dalam laboratorium sebelum akhirnya diukur tingkat kecemasannya keesokan harinya. Tingkat kecemasannya diketahui dengan 'membekukan' si tikus.

'Dibekukan' yang dimaksud dalam studi ini adalah tikus diletakkan di dalam sebuah lingkungan dimana mereka dikondisikan untuk merasa takut dan para peneliti baru dapat mengetahui tingkat kecemasan si tikus setelah mengukur seberapa lama tikus-tikus tersebut mampu bertahan ketika 'dibekukan'.

Itulah mengapa semakin lama 'dibekukan' menunjukkan semakin besar tingkat kecemasan yang dialami si tikus. Sebagai perbandingan, beberapa tikus juga diukur tingkat kecemasannya tanpa dibikin stres sehari sebelumnya.

"Hasilnya, terlepas apakah tikus-tikus tersebut berlari dengan sendirinya atau dipaksa untuk berlari, ternyata mereka tetap terlindung dari stres dan kegelisahan," ungkap Greenwod seperti dilansir Health24, Selasa (30/4/2013). Hal ini diperkuat dengan temuan lain bahwa tikus yang sedenter terbukti 'dibekukan' dalam waktu yang jauh lebih lama daripada tikus aktif manapun dalam studi ini.

"Implikasinya, manusia yang merasa dipaksa untuk berolahraga, termasuk orang-orang yang merasa harus berolahraga hanya demi alasan kesehatan, mungkin masih memperoleh manfaat dari latihan ini, terutama mengurangi tingkat kecemasan dan depresi yang dialaminya," tutupnya.

Studi ini telah dipublikasikan dalam European Journal of Neuroscience.

(up/up)

Konsultasi Spesialis Anak (SpA)

RSAB Harapan Kita, Jl. Letjen S.Parman Kav.87, Slipi Jakarta Barat, DKI Jakarta Tel:+6221-5668284

Agnes Yunie Purwita Sari, Dr.,Sp.A

Konsultasi Spesialis Anak (SpA)

RS Persahabatan, Jl. RS Persahabatan Rawamangun Jakarta Timur, DKI Jakarta


View here

YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Berita Terkini 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.