News Update :
Home » , , , » Pola Asuh yang Salah Penentu Risiko Bullying pada Anak

Pola Asuh yang Salah Penentu Risiko Bullying pada Anak

Senin, 29 April 2013 23.05

Jakarta, Banyak orangtua berpikir anak akan merasa aman dan terlindung dari berbagai marabahaya jika mereka bersikap cerewet dan overprotektif terhadap anak. Padahal menurut sebuah studi baru, anak yang orangtuanya overprotektif justru lebih sering mengalami bullying.

Yang lebih mengenaskan lagi, kondisi serupa juga akan terjadi pada anak yang orangtuanya acuh tak acuh ataupun orangtuanya suka melakukan tindak kekerasan. Hal ini didasarkan pada analisis terhadap 70 studi yang melibatkan sekitar 200.000 anak.

Namun peneliti menekankan jika efek pola asuh (parenting) yang buruk ini jauh lebih kuat dirasakan anak yang menjadi korban sekaligus pelaku bullying ketimbang anak yang menjadi korban bullying tapi tidak melakukan hal serupa pada anak lainnya.

Pola asuh yang negatif atau penuh kekerasan juga dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko anak menjadi korban sekaligus pelaku bullying (sedang) dan peningkatan risiko anak menjadi korban bullying (kecil).

"Yang dibutuhkan anak itu sebenarnya hanyalah dukungan tapi sejumlah orangtua justru mencoba menghindarkan anak-anaknya dari segala jenis pengalaman negatif. Padahal itu sama halnya dengan mencegah anak-anak mereka belajar menghadapi bullying dan membuat mereka menjadi jauh lebih rentan," ungkap salah satu peneliti, Dieter Wolke dari University of Warwick, Inggris.

Menurut Wolke, hal ini karena anak yang orangtuanya overprotektif bisa jadi tak mempunyai kualitas seperti otonomi dan ketegasan sehingga mereka lebih mudah menjadi target bullying.

Sebaliknya, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Child Abuse & Neglect ini juga menemukan bahwa anak yang orangtuanya memberikan aturan tentang perilaku yang jelas serta aktif memberikan dukungan dan bersikap hangat terbukti lebih sedikit mengalami bullying.

"Orangtua semacam ini akan membiarkan anaknya berkonflik dengan teman-temannya sehingga mereka dapat belajar bagaimana cara memecahkannya daripada hanya sekedar ikut campur dengan masalah anak mereka," ujar Wolke seperti dilansir WebMD, Selasa (30/4/2013).

Wolke juga mengingatkan banyak orang berasumsi bahwa bullying hanyalah semata persoalan yang muncul dari kurang ketatnya peraturan di sekolah, padahal jelas-jelas dari studi ini diketahui jika orangtua memainkan peranan yang sangat penting dalam memunculkan persoalan itu sendiri.

"Untuk itu kita harus menargetkan program intervensi tak hanya di sekolah tapi juga pada keluarga si anak, terutama untuk mendorong orangtua mereka agak mempraktikkan pola asuh yang positif seperti mengedepankan kehangatan, kasih sayang, komunikasi dan pemberian dukungan," sarannya.

(up/up)

Konsultasi Spesialis Anak (SpA)

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro 71 Jakarta Pusat, DKI Jakarta Telp: +6621-3914125

Adi Suryanto Budhipramono, Dr., Sp.A

Konsultasi Spesialis Anak (SpA)

RS. Siloam Hospital, Jl. Siloam No. 6 Lippo Karawaci Tangerang, Banten.


View here

YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Berita Terkini 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.